Medan, 26/10/2013
Bukan secarik puisi
Beberapa hari yang belum lama berlalu, kuputuskan untuk membaca kembali masa lalu yang tertuang dalam ruang ini. Tak berniat apapun, selain mengenang dan melihat sejauh apa aku telah berubah dan dewasa. Namun, betapa terkejutnya aku ketika masih saja ada debar asing setiap kali sajak-sajak tua itu kutekuni. Sejatinya, ia adalah perasaan yang lebih dalam, tertulis selama hidup yang lebih pahit dan sulit.
Kemudian, dengan jemari yang menyimpan keinginan terpendam, kuhapus abjad-abjad yang pernah kurangkai dan kau baca. Mungkin kau masih mengingatnya, namun aku masih belum ingin merobek kembali luka yang pelan-pelan kusamarkan. Ada yang akan tetap ingin kujadikan kenangan, tak ingin kuusik lagi. Semoga engkau mengerti, dan memaafkanku atas ketakutan jiwa ini.
Popular Posts
-
Sedikitpun tidak, dapat kuramalkan udara setelah hujan Sedang kemarin, senja mengabarkan berita kematianku Yang suaranya dikuburkan di ant...
-
Kelak saat ku menyapa fajar mungkin kabut ini tak lagi sebuah sangkar menggelap bagai jalan menuju pendar melangkah tanpa debar, tak gem...
-
Aku mengerti takkan lama kedua sepatu usang ini menanti deras reda di sisimu, seperti ini Layaknya waktu yang selalu sendiri walau da...
-
Tunggu sebentar... Aku belum ingin pulang dari semilir sunyi dan debu Tempatku mengulang sedikit rindu Menunggu, sembari jemarinya meraj...
-
Andaikata, bulan malam ini tak menyinggahi anjungan di bawah telapakku, tak pula menunjukkan jalan bagi jemari-jemari yang terlambat pul...
-
Mungkin bintang kemarin malam Yang berbisik tentang dongeng paling kelam Bukan jemari penuh tanya yang kini menggenggam Sekalipun ingin...
-
Rasanya, bukan cahaya ini yang biasa mengantarku, hujan ini lebih deras, hening ini pun lebih memekakkan dari biasa. Terlebih, tak kulihat...
-
Paragraf ini, mungkin serupa helaan udara petang itu. Tak ada perahu yang merapat di pelabuhan, hanya engkau merangkul kenangan dengan tawa ...
-
Mungkin, engkau terlalu sibuk mengagumi fajar, hingga tak sadar, jejakku yang tertatih mengejarmu menembus kelabu Begitu senyap, seolah tak ...
-
Jan... Nanti, ketika langkah yang kau kenal itu kembali, maukah engkau menemani dia duduk di beranda, memandang bunga-bunga kertas mer...
Powered by Blogger.
Post a Comment